Ketika Rasulullah ﷺ Bercanda
Memimpin Madinah yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Islam, bukanlah hal yang mudah. Memimpin Madinah berarti siap untuk disibukkan memegang seluruh urusan kaum muslimin sepanjang hari.
Namun, di tengah kesibukannya yang seolah tak berjeda itu, Rasulullah ﷺ masih bisa menghadirkan canda yang penuh wibawa, canda yang menumbuhkan cinta di hati para penduduk Madinah.
Burung Kecil dan Anak Unta
Anas bin Malik radhiallahu anhu mengisahkan,
“Ummu Sulaim memiliki seorang putra yang biasa dipanggil Abu Umair. Nabi ﷺ kerap kali mengajaknya bercanda.
Suatu hari, beliau ﷺ datang dan ingin mencandainya seperti biasa. Namun, ternyata beliau ﷺ mendapati Abu Umair sedang murung. Hal itu membuat beliau ﷺ bertanya penuh heran, ‘Mengapa kulihat Abu Umair bersedih?’
Orang-orang yang ketika itu sedang berada di sekeliling beliau ﷺ, menjawab, ‘Burung kecil yang biasa diajaknya bermain telah mati, wahai Rasulullah.’
Rasulullah ﷺ memahami perasaannya. Kemudian beliau pun berusaha menenangkannya dan berkata, ‘Hei Abu Umair, apa yang sedang dilakukan an-Nughair¹?’²
Pada kesempatan lain, Anas bin Malik juga menceritakan apa yang beliau saksikan, ketika ada seorang lelaki sedang meminta kendaraan kepada Rasulullah ﷺ.
‘Baiklah, aku akan memberimu seekor anak unta,’ jawab beliau ﷺ mengiakan permintaan lelaki tersebut.
Merasa sedang dipermainkan, lelaki tadi balik bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang bisa aku perbuat dengan seekor anak unta?’
Rasulullah ﷺ pun menjawabnya—dengan sebuah gurauan yang sama sekali tidak mengandung kedustaan, ‘Bukankah semua unta dewasa adalah anak (dari induk) unta?’”³
Seorang Badui Pemalu dan Nenek Tua yang Bersedih
Kisah ini juga diriwayatkan oleh Anas bin Malik, pemuda cerdas yang mengabdikan dirinya untuk berkhidmah kepada Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun.
“Ada seorang lelaki badui bernama Zahir bin Haram. Dia ini berwajah buruk, tapi Rasulullah ﷺ amat mencintainya. Suatu hari, ketika sedang mengunjungi pasar, Rasulullah ﷺ melihatnya sedang berjualan. Rasulullah ﷺ segera mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang, tanpa disadari oleh Zahir.
Zahir yang kaget pun berontak, ‘Siapa ini?! Lepaskan aku!’
Namun, setelah menoleh dan melihat bahwa yang sedang mengerjainya adalah Rasulullah ﷺ, Zahir justru merapatkan kembali punggungnya, dia tidak ingin membuang kesempatan langka tersebut.
Belum selesai di situ, Rasulullah ﷺ kembali mengerjai Zahir, ‘Adakah yang ingin membeli budak?’
Zahir tersipu malu, ia hanya menjawab, ‘Anda akan mendapati diriku tidak laku, wahai Rasulullah.’
Sambil menyudahi candaannya, Rasulullah ﷺ menimpali ucapan Zahir, ‘Bahkan engkau sangat berharga di sisi Allah.’⁴
Terhadap seorang yang sudah tua sekalipun, Rasulullah ﷺ tetap bisa mencandainya dengan penuh adab.
Al-Hasan radhiallahu anhu menceritakan sendiri kejadian tersebut,
“Suatu ketika ada seorang nenek-nenek yang datang menemui Rasulullah ﷺ. Nenek itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga.’
Namun, Rasulullah ﷺ malah menjawab, ‘Wahai Ummu Fulan, surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek.’
Tak disangka, nenek tua itu ternyata berbalik, lalu berjalan sambil menangis. Melihat itu, Rasulullah ﷺ tersenyum dan berkata kepada para sahabatnya,
‘Beri tahu dia, bahwa dia tidak akan memasuki surga dalam rupa seorang nenek seperti itu. Sebab, Allah ta’ala telah berfirman,
‘Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung, lalu kami jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta lagi sebaya umurnya.’⁵ (Al-Waqi’ah: 35—37)
Selama berada pada waktu yang tepat dan tidak disertai unsur dusta, bukan tidak mungkin bila sebuah canda kelak akan menumbuhkan benih-benih cinta; dan teladan terbaik kita, Rasulullah ﷺ, telah membuktikan sendiri hal itu.
Shallallahu alaihi wa sallam
¹ An-Nughair adalah sejenis burung atau bisa jadi ia adalah nama bagi burung tersebut—burung milik Abu Umair. Wallahu a’lam
² Muttafaqun alaih
³ HR. At-Tirmidzi dalam asy-Syama’il. Hadis ini dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani
⁴ HR. Ahmad dan at-Tirmidzi dalam asy-Syama’il. Hadis ini dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani
⁵ HR. At-Tirmidzi dalam asy-Syama’il. Hadis ini dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani
Sumber:
• Al-Qasim, Abdul Malik bin Muhammad. Sehari di Rumah Nabi, hlm 66—67. Terjemahan oleh Muhammad bin Idral Harits 2020. Yogyakarta: Pena Hikmah Pustaka Sunnah.
• https://www.alukah.net/sharia/0/98452/#_ftnref7